Cina merupakan Negara yang mulai tumbuh setelah perang dunia ke-2. Baik dari segi militer, ekonomi, pembangunan manusia dan lainnya. Dalam tumbuh kembangnya Negara ini, Cina yang dimulai pada saat kepemimpinan Dinasti Han pada tahun 206 BCE-220 CE.[1] Sedangkan pada saat 1403 – 1433 suatu ekspedisi dilakukan oleh dinasti yang sedang berkuasa yaitu dinasti Ming. Dalam pengembanan tugas tersebut, para pengekspedisi Dinasti Ming memilih untuk menjelajahi lautan. Dalam pelayarannya mereka memilih untuk berlayar ke Spratly Island (Kepulauan Spratly). Sehingga atas bukti tersebut, cina melayangkan klaim kepada Negara-negara yang ada di kawasan-kawasan klaimnya.
Hal
tersebut juga diperkuat dengan bukti lain yang dikeluarkan cina berupa peta
nine dashed line atau yang berarti Sembilan garis putus-putus. Pada tahun 1947
dan 2009[2].
Dalam peta tersebut dijelaskan bahwa pulau yang masuk kedalam nine dashed lines
mutlak dimiliki oleh Negara cina. Tidak hanya darat, cina juga mengklaim laut
yang ada dalam peta tersebut termasuk segala kandungan alam di dalamnya. Dengan
tindakan yang dilakukan cina tersebut dapat disimpulkan bahwa cina tidak
main-main dalam mengklaim wilayah tersebut.
Klaim yang dikeluarkan oleh cina tersebut tentunya memicu reaksi Negara-negara yang ada dan bersinggungan dengan peta tersebut. Negara-negara tersebut adalah Negara Filipina, Brunei Darussalam, Indonesia, Vietnam dan Malaysia. Negara-negara tersebut membawa masalah tersebut ke organisasi internasional terdekat mereka yaitu ASEAN. Tidak hanya itu, Negara-negara tersebut juga memperkuat kekuatan militer mereka. Akhir-akhir ini Filipina mulai meningkatkan anggaran militernya sebanyak tiga kali lipat dalam sebelumnya.
Indonesia
sebagai salah satu pihak yang terlibat sangat sulit untuk menghindar dari
ketegangan yang sedang terjadi. Karena secara geografis, Indonesia
bersinggungan langsung dengan laut cina selatan.
Konflik tersebut semakin rumit
ketika ada Negara baru yang ikut mengintervensi. Amerika Serikat masuk sebagai
Negara baru yang masuk di tengah-tengah ketegangan yang terjadi di wilayah Laut
Cina Selatan. Intervensi yang semakin masif direspon oleh pemerintah cina
dengan melakukan pembangunan secara besar-besaran. Dalam mengcounter tindakan
cina tersebut, pihak AS meningkatkan kesiapsiagaan militernya dengan melakukan
pembangunan pangkalan militer di bagian barat dan utara Australia dan
menjadikan Darwin sebagai pusatnya.
Pembangunan yang dilakukan amerika
di Darwin seharusnya menjadi perhatian yang besar bagi pemerintah Indonesia.
Mengingat jarak dari Darwin ke pulau paling selatan Indonesia hanya berjarak
sekitar 650 Km saja. Dalam kecanggihan alat militer saat ini 650 Km bukan
merupakan jarak yang jauh. Pesawat terbaru amerika mampu mencapainya hanya membutuhkan
waktu sekitar 20 menit dari Darwin ke Pulau Selaru, pulau terluar Indonesia
yang paling selatan.
B. Kelanjutan Kasus Laut Cina Selatan
Dalam kelanjutannya, konflik laut
cina selatan tersebut tidak semakin mereda melainkan sebaliknya. Para Negara yang
bersinggungan dengan laut cina selatan membawa kasus tersebut ke peradilan
internasional, terutama Indonesia. Indonesia diwakili oleh menteri kelautannya
mengancam untuk melaporkan tindakan cina terhadap laut cina selatan ke
pengadilan internasional.[3]
Hal ini menyebabkan Indonesia yang semula netral menjadi melawan klaim cina
atas laut cina selatan.
Amerika sebagai Negara yang
mempunyai interest di daerah asia pasifik melakukan berbagai tindakan-tindakan
rasional guna untuk mengamankan interest nasionalnya. Karena perairan laut cina
selatan yang sangat menjanjikan atas kandungan alam di dalamnya. Laut cina
selatan menempati perairan yang paling produktif dan menempati nomor satu dalam
menghasilkan ikan-ikan untuk di kirim keseluruh dunia. Cina memperkirakan,
kandungan minyak yang tersebar di paracel dan spratly sangatlah besar, sekitar
213 miliar barel atau 10 kali lipat dari cadangan minyak yang dimiliki oleh
amerika serikat[4].
Sedangkan pemerintah amerika serikat memperkirakan terdapat 28 miliar barel minyak
yang terkandung di dalamnya. Walaupun terdapat perbedaan perkiraan, tidak dapat
ditampik bahwa memang laut cina selatan, parcel dan spratly island sangatlah
berharga.
Kelanjutan dari sengketa ini
berakhir memanas. Cina menolak untuk mematuhi hukum internasional yang sudah
dikeluarkan PBB dan amerika mengambil tindakan untuk mendukung Negara-negara
yang bersinggungan dengan laut cina selatan.[5]
Pemerintah amerika serikat mengirimkan tentara dan peralatan perangnya ke
Filipina. Sedangkan Indonesia mendapatkan dana dari amerika serikat senilai 2
juta dolar amerika serikat untuk membangun pertahanannya.
Walaupun klaim tersebut belum
disetujui internasional, cina dengan kesadaran melanggar perbatasan laut
Negara-negara yang bersinggungan. Beberapa pelayan dari cina pernah memancing
di perairan Indonesia dan hal tersebut bukan karena ketidaktahuan nelayan
Negara cina melainkan mereka sengaja untuk melakukan hal tersebut. Begitu juga
Malaysia, 100 kapal cina melanggar batas perairan Negara melayu tersebut. Pihak
cina menolak bahwa hal tersebut adalah bentuk dari pelanggaran. Juru bicara
kementrian luar negeri cina, Hong li mengatakan bahwa hal tersebut sudah wajar
dilakukan dan wilayah yang disebutkan Malaysia merupakan wilayah cina yang sah.
Jadi, kapal-kapal ikan cina boleh dan sah untuk mencari ikan di daerah
tersebut.
[1]
Violatti, Christian. “Han Dynasty” http://www.ancient.eu/Han_Dynasty/
diakses pada 17 April 2016
[2] Illahi,
Kurnia. “Indonesia di Pusaran Konflik Laut Cina Selatan.”
http://nasional.sindonews.com/read/1055705/19/indonesia-di-pusaran-konflik-laut-china-selatan-1445604047
diakses pada 20 April 2016 pukul 22.12
[3] Adyatama,
Egy. “Menteri Susi Akan Laporkan Cina ke Pengadilan Internasional.” https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/090755620/menteri-susi-akan-laporkan-cina-ke-pengadilan-internasional
diakses pada 17 April 2016 Pukul 10:10
[4]
“Sengketa Kepemilikan Laut Cina Selatan” http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict
diakses pada 17 April pukul 10:10
[5]
Puspaningtyas, Lida. “AS: Hukum Internasional Terancam di Laut Cina Selatan” http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/12/15/nzdvaa366-as-hukum-internasional-terancam-di-laut-cina-selatan
diakses pada 17 April 2016 pukul 11:37
Daftar Pustaka
Illahi, Kurnia. “Indonesia di Pusaran Konflik Laut Cina
Selatan.” http://nasional.sindonews.com/read/1055705/19/indonesia-di-pusaran-konflik-laut-china-selatan-1445604047 diakses pada 20 April 2016 pukul
22.12
Dema, Yon. “Beijing Operasikan Mercusuar Setinggi 55 Meter
di Laut Cina” https://m.tempo.co/read/news/2016/04/07/118760459/beijing-operasikan-mercusuar-setinggi-55-meter-di-laut-cina diakses pada 20 April 2016 pukul
22.12
Widodo, Reja Irfa. “Cina Dinilai Sudah Sering Lakukan
Pencurian Ikan di Natuna” http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/03/24/o4jknj354-cina-dinilai-sudah-sering-lakukan-pencurian-ikan-di-natuna diakses pada 21 April 2016 pukul
08.41
Hermawan, Bayu. “Sikap Indonesia Atas Cina Sesuai Hukum Laut
Internasional” http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/03/24/o4irlo354-sikap-indonesia-atas-cina-sesuai-hukum-laut-internasional diakses pada 21 April 2016 pukul
08.41
Ilham. “AS Kirim Tentara dan Peralatan Ke Filipina” http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/04/14/o5mtcd361-as-kirim-tentara-dan-peralatan-ke-filipina diakses pada 21 April 2016 pukul 08.51
Pratiwi, Intan. “Amerika Gelontorkan 2 Juta Dolar AS untuk
Pertahanan Indonesia” http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/10/o5dxud328-amerika-gelontorkan-2-juta-dolar-as-untuk-pertahanan-indonesia diakses pada 21 April 2016 pukul
08.54